Kamis, 07 Juni 2012

PULAU KOMODO

Mengeksplorasi Keajaiban Komodo

Satwa endemik komodo (Varanus komodoensis) terlihat di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa (29/11/2010). Taman Nasional Komodo menjadi salah satu dari 28 finalis New 7 Wonders of Nature.
BAJO,  - Nama Taman Nasional Komodo (TNK) rasaya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Taman nasional seluas 173.300 hektar yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut merupakan habitat bagi satwa purba endemik Indonesia, Komodo Dragon (Varanus komodonensis).
TNK sendiri baru ditetapkan sebagai taman nasional sejak tahun 1980. Sebelas tahun kemudian UNESCO menenerima TNK sebagai situs warisan dunia dan cagar biosfer. Nama TNK semakin ramai dibincangkan setelah tahun lalu masuk dalam 28 finalis tujuh keajaiban dunia yang baru sebagai satu-satunya wakil Indonesia.

Beberapa hari lalu, Kementerian Kebudayaan dan Periwisata Indonesia memberi kesempatan puluhan jurnalis Indonesia dan asing untuk mengeksplorasi keindahan TNK, termasuk wartawan Harian Kompas. Perjalanan menuju TNK dijangkau dengan pesawat dari Jakarta menuju Denpasar, Bali, selama lebih kurang 90 menit.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Denpasar menuju Labuan Bajo, ibu kota kabupaten Manggarai Barat menggunakan pesawat yang lebih kecil selama lebih kurang 60 menit. Dari Labuan Bajo, perjalanan selanjutnya hanya bisa ditempuh melalui jalur laut dengan kapal. Transportasi yang satu ini banyak disewakan warga setempat di Pelabuhan Labuan Bajo dengan harga kisaran Rp 800.000 hingga Rp 3 juta per hari tergantung jenis kapal dan berapa lama sewa.
Kapal yang kami gunakan sendiri yaitu cruise Merry Makin. Kapal mewah bertarif 6.000 dolar AS per hari ini mengantarkan kami menuju habitat komodo yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca, dua pulau terbesar yang ada di TNK. Perjalanan dari Pelabuhan Labuan Bajo menuju Pulau Komodo ditempuh lebih kurang 90 menit.
Meski relatif dekat akan jauh lebih baik jika perjalanan dilakukan sepagi mungkin untuk menghindari terik matahari, menggingat Pulau Komodo merupakan padang savana yang gersang dan panas terutama saat musim kemarau.
Masih menunjukan pukul 08.00 WITA setibanya kami di pintu masuk utama Loh Liang, kantor sekaligus pos jaga para ranger (penjaga hutan), Kamis (3/12/2010). Petugas dari Balai Konservasi TNK, Ande Kefi bersama Yusuf Jenata, Muhammad Shaleh, dan Jackson Bele mulai memandu kami memasuki hutan lengkap dengan senjata utama mereka, tongkat kayu bercabang. Tongkat kayu sepanjang 2,5 meter memiliki cabang diujungnya berfungsi untuk menahan leher atau hidung komodo ketika menyerang.
Masih sangat pagi namun terik matahari setia menyengat kulit menemani perjalanan mengelilingi padang savana yang gersang. Dua puluh menit perjalanan menuju hutan asam, seekor komodo jantan dengan ukuran maksimum memiliki panjang 4 meter sedang berjemur untuk memanaskan tubuhnya tak jauh dari kubangan air.
Populasi komodo di pulau seluas 336 kilometer persegi tersebut ada sekitar 1.300 ekor. Reptil raksasa ini memasuki musik kawin hanya satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli hingga Agustus. Pada musim kawin komodo jantan akan bertempur memperebutkan bentina. Satu bulan setelah musim kawin sang betina akan mencari lubang di tanah untuk bertelur. Sekali bertelur umumnya komodo mengeluarkan 15-30 butir telur dengan masa inkubasi antara 8-9 bulan. Anak-anak komodo yang menetas akan berlindung di atas pohon untuk menghindari predator dan kalibalisme dari komodo dewasa.
Total populasi komodo di TNK berjumlah lebih kurang 2.500 ekor. Sebanyak 1.300 ekor hidup di Pulau Komodo, 1.100 ekor di Pulau Rinca (211 km2), sisanya 100 ekor hidup di Pulau Gilimotang, dan Nusa Kode. Komodo, pulau dengan ketinggian 0-735 dpl tersebut merupakan habitat bagi rusa (Cervus timorensis floresiensis), babi hutan (Sus scrofa), dan puluhan jenis burung, 12 jenis ular dan satwa lainya. Sementara tanaman khas antara lain pohon lontar (Borassus flabellifer), pohon asam (Tamarindus indica), kepuh (Streculia foetida), bidara (Ziziphus jujuba), dan jarak tintir (Jatropha multifida).

Dari puncak Bukit "Sulphurea Hill", lansekap TNK bisa terlihat jelas. Lokasi ini pula yang sering digunakan untuk pengamatan burung terutama burung kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea). Oleh karena itu pula puncak bukit tersebut dinamakan Sulphurea.
Perjalanan berkeliling berakhir sekitar pukul 10.00 WITA. Para pamandu hanya membawa kami pada rute medium sekitar 3,5 kilometer dengan waktu tempuh lebih kurang 90-120 menit. Meski perjalanan di Pulau Komodo usai, namun keindahan TNK belum usai.
Cruise Merry selanjutnya membawa kami menuju pink beach, pantai berpasir merah muda yang banyak dikunjungi wisatawan karena memiliki spot diving dan snorkling yang baik. Pink Beach lokasinya tidak jauh dari Loh Liang karena memang masih berada di pulau yang sama. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menuju Pink Beach.
TNK sedikitnya memiliki 18 spot diving dan snorkling terbaik yang tersebar dari Puau Komodo hingga Pulau Rinca. Sedikitnya ada 18 spesies satwa air antara lain ikan hiu, lumba-lumba, ikan pari, dan penyu.

Pagi harinya, kami pun beranjak menuju Loh Buaya di Pulau Rinca. Loh Buaya lebih dekat dijangkau dari Labuan Bajo, hanya membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit saja. Namun matahari jauh lebih terik dibandingkan kemarin saat mengunjungi Pulau Komodo. Padahal Pulau Rinca lebih terbuka dan sedikit sekali pohon besar yang tumbuh. Tak perlu menunggu lama, keringat pun sekejap membasahi tubuh.

Di gerbang masuk Loh Buaya, ratusan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bertenger di pohon bakau. Perjalanan pun dimulai, Kali ini Jackson memimpin, ditemani Ande Kefi, Yusuf Jenata, dan Muhammad Shaleh. Pertama mereka menunjukan deretan beberapa kerangka kepala kerbau, rusa, kuda, dan babi hutan yang pernah dimangsa komodo.
Lama kami berjalan, tujuh ekor komodo berteduh di bawah kolong dapur, tempat biasa ranger memasak. Aroma ikan dan daging mengundang komodo untuk mendekat di sekitar dapur. Komodo sangat sensitif terhadap bau darah dan bangkai. Bahkan reptil raksasa ini bisa mencium darah dan bangkai dari jarak 20 kilometer dengan lidahnya.
Dan keindahan TNK saat ini sedang dipertaruhkan. Rencananya 28 finalis akan memperebutkan tujuh pesona keajaiban dunia yang baru (new 7 wonders) melalui voting online di www.new7wonders.com. hasil voting akan diumumkan 11 November 2011. New7Wonders memang memiliki peran strategis meningkatkan pariwisata Indonesia, terlebih bila Indonesia masuk dalah tujuh besar keajaiban dunia yang baru. Namun apakah Komodo bisa masuk ke dalam tujuh keajabiban dunia yang baru? Kita tunggu jawabanya tahun depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar