Pernahkah dirimu melihat kapal laut ?
jika belum pernah melihat kapal laut secara langsung, mudah-mudahan
dirimu pernah melihat kapal laut melalui televisi (Tuh ada gambar kapal
di samping). Coba bayangkan. Kapal yang massanya sangat besar tidak
tenggelam, sedangkan sebuah batu yang ukurannya kecil dan terasa ringan
bisa tenggelam. Aneh khan ? Mengapa bisa demikian ?
Jawabannya
sangat mudah jika dirimu memahami konsep pengapungan dan prinsip
Archimedes. Pada kesempatan ini gurumuda ingin membimbing dirimu untuk
memahami apa sesungguhnya prinsip archimedes. Selamat belajar ya…
Semoga setelah mempelajari pokok bahasan ini dirimu dengan mudah
menjelaskan semua persoalan berkaitan dengan prinsip archimedes,
termasuk alasan mengapa kapal yang massanya besar tidak tenggelam.
Gaya Apung
Sebelum
membahas prinsip Archimedes lebih jauh, gurumuda ingin mengajak dirimu
untuk melakukan percobaan kecil-kecilan berikut ini. Silahkan cari
sebuah batu yang ukurannya agak besar, lalu angkat batu tersebut. Apakah
batu tersebut terasa berat ? nah, sekarang coba masukan batu ke dalam
air (masukan batu ke dalam air laut atau air kolam atau air yang ada dalam sebuah wadah, misalnya ember).
Kali ini batu diangkat dalam air. Bagaimana berat batu tersebut ?
apakah batu terasa lebih ringan ketika diangkat dalam air atau ketika
tidak diangkat dalam air ? agar bisa menjawab pertanyaan gurumuda dengan
benar, sebaiknya dirimu melakukan percobaan tersebut terlebih dahulu.
Untuk
memperoleh hasil percobaan yang lebih akurat, dirimu bisa melakukan
percobaan dengan menimbang batu menggunakan timbangan pegas (seandainya ada timbangan pegas di sekolah-mu).
Timbanglah batu di udara terlebih dahulu. Catat berat batu tersebut.
Selanjutnya, masukan batu ke dalam sebuah wadah yang berisi air, lalu
timbang lagi batu tersebut. Bandingkan manakah berat batu yang lebih
besar, ketika batu ditimbang di dalam air atau ketika batu ditimbang di
udara ?
Ketika dirimu menimbang
batu di dalam air, berat batu yang terukur pada timbangan pegas menjadi
lebih kecil dibandingkan dengan ketika dirimu menimbang batu di udara
(tidak di dalam air). Massa batu yang terukur pada timbangan lebih
kecil karena ada gaya apung yang menekan batu ke atas. Efek yang sama
akan dirasakan ketika kita mengangkat benda apapun dalam air. Batu atau
benda apapun akan terasa lebih ringan jika diangkat dalam air. Hal ini
bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang diangkat hilang
sehingga berat batu menjadi lebih kecil, tetapi karena adanya gaya
apung. Arah gaya apung ke atas, alias searah dengan gaya angkat yang
kita berikan pada batu tersebut sehingga batu atau benda apapun yang
diangkat di dalam air terasa lebih ringan. Sampai di sini, dirimu sudah paham-kah ?
Keterangan gambar :
Fpegas = gaya pegas, w = gaya berat batu, F1 = gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu, F2 = gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu, Fapung = gaya apung.
Fapung merupakan gaya total yang diberikan fluida pada batu (Fapung = F2-F1). Arah gaya apung (Fapung) ke atas, karena gaya yang diberikan fluida pada bagian bawah batu (F2) lebih besar daripada gaya yang diberikan fluida pada bagian atas batu (F1). Hal ini dikarenakan tekanan fluida pada bagian bawah lebih besar daripada tekanan fluida pada bagian atas batu.
Prinsip Archimedes
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan bahwa benda yang dimasukan
ke dalam fluida seperti air misalnya, memiliki berat yang lebih kecil
daripada ketika benda tidak berada di dalam fluida tersebut. Dirimu
mungkin sulit mengangkat sebuah batu dari atas permukaan tanah tetapi
batu yang sama dengan mudah diangkat dari dasar kolam. Hal ini
disebabkan karena adanya gaya apung sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya. Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida
pada kedalaman yang berbeda. Seperti yang telah gurumuda jelaskan pada
pokok bahasan Tekanan pada Fluida, tekanan fluida bertambah
terhadap kedalaman. Semakin dalam fluida (zat cair), semakin besar
tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam fluida,
maka akan terdapat perbedaan tekanan antara fluida pada bagian atas
benda dan fluida pada bagian bawah benda. Fluida yang terletak pada
bagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada fluida
yang berada di bagian atas benda. (perhatikan gambar di bawah).
Pada
gambar di atas, tampak sebuah benda melayang di dalam air. Fluida yang
berada dibagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada
fluida yang terletak pada bagian atas benda. Hal ini disebabkan karena
fluida yang berada di bawah benda memiliki kedalaman yang lebih besar
daripada fluida yang berada di atas benda (h2 > h1).
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h2 adalah :
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h1 adalah :
F2 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian bawah benda, F1 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian atas benda, A = luas permukaan benda
Selisih antara F2 dan F1
merupakan gaya total yang diberikan oleh fluida pada benda, yang kita
kenal dengan istilah gaya apung. Besarnya gaya apung adalah :
Keterangan :
Karena
(ingat kembali persamaan massa jenis)
Maka persamaan yang menyatakan besarnya gaya apung (Fapung) di atas bisa kita tulis menjadi :
mFg = wF =
berat fluida yang memiliki volume yang sama dengan volume benda yang
tercelup. Berdasarkan persamaan di atas, kita bisa mengatakan bahwa gaya
apung pada benda sama dengan berat fluida yang dipindahkan. Ingat
bahwa yang dimaksudkan dengan fluida yang dipindahkan di sini adalah volume fluida yang sama dengan volume benda yang tercelup dalam fluida.
Pada gambar di atas, gurumuda menggunakan ilustrasi di mana semua
bagian benda tercelup dalam fluida (air). Jika dinyatakan dalam gambar
maka akan tampak sebagai berikut :
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam fluida, terapung, di mana bagian benda yang tercelup hanya sebagian maka volume fluida yang dipindahkan = volume bagian benda yang tercelup
dalam fluida tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk
benda tersebut, semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah
karya eyang butut Archimedes (287-212 SM) yang saat ini diwariskan
kepada kita dan lebih dikenal dengan julukan “Prinsip Archimedes”. Prinsip Archimedes menyatakan bahwa :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Dirimu
bisa membuktikan prinsip Archimedes dengan melakukan percobaan
kecil-kecilan berikut. Masukan air ke dalam sebuah wadah (ember dkk).
Usahakan sampai meluap sehingga ember tersebut benar-benar penuh terisi
air. Setelah itu, silahkan masukan sebuah benda ke dalam air. Setelah
benda dimasukan ke dalam air, maka sebagian air akan tumpah. Volume air
yang tumpah = volume benda yang tercelup dalam air tersebut. Jika
seluruh bagian benda tercelup dalam air, maka volume air yang tumpah =
volume benda tersebut. Tapi jika benda hanya tercelup sebagian, maka
volume air yang tumpah = volume dari bagian benda yang tercelup dalam
air Besarnya gaya apung yang diberikan oleh air pada benda = berat air yang tumpah (berat air yang tumpah = w = mairg = massa jenis air x volume air yang tumpah x percepatan gravitasi). Volume air yang tumpah = volume benda yang tercelup dalam air
Kisah Eyang Archimedes
Konon
katanya, eyang butut Archimedes yang hidup antara tahun 287-212 SM
ditugaskan oleh Raja Hieron II untuk menyelidiki apakah mahkota yang
dibuat untuk Sang Raja terbuat dari emas murni atau tidak. Untuk
mengetahui apakah mahkota tersebut terbuat dari emas murni atau mahkota
tersebut mengandung logam lain, eyang butut Archimedes pada mulanya
kebingungan. Persoalannya, bentuk mahkota itu tidak beraturan dan tidak
mungkin dihancurkan dahulu agar bisa ditentukan apakah mahkota terbuat
dari emas murni atau tidak. Ide brilian muncul ketika ia sedang mandi
dan mungkin karena saking senangnya, eyang butut Archimedes ini langsung
berlari dalam keadaan bugil sambil berteriak “eureka” yang artinya
“saya telah menemukannya”. Waduh, saking senangnya lupa pake handuk…
hehe… ide brilian untuk menentukan apakah mahkota raja terbuat dari
emas murni atau tidak adalah dengan terlebih dahulu menentukan Berat
Jenis mahkota tersebut lalu membandingkannya dengan berat jenis emas.
Jika mahkota terbuat dari emas murni, maka berat jenis mahkota = berat
jenis emas.
Berat jenis suatu
benda merupakan perbandingan antara berat benda tersebut di udara
dengan berat air yang memiliki volume yang sama dengan volume benda.
Secara matematis ditulis :
Nah, sekarang bagaimana menentukan berat air yang memiliki volume yang sama dengan volume benda ?
Menurut
eyang butut Archimedes, berat air yang memiliki volume yang sama
dengan volume benda = besarnya gaya apung ketika benda tenggelam (seluruh bagan benda tercelup dalam air). Hal ini sama saja dengan berat benda yang hilang ketika ditimbang dalam air. Dengan demikian :
Untuk menentukan berat jenis mahkota, maka terlebih dahulu mahkota ditimbang di udara (BeratMahkotaDiudara). Selanjutnya mahkota dimasukan ke dalam air lalu ditimbang lagi untuk memperoleh BeratMahkotaYangHilang. Jadi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar